Rabu, 24 Oktober 2012

Ilmu Sosial Dasar : Kebudayaan

ARTIKEL ILMU SOSIAL DASAR (ISD)

NAMA : ILHAM MUARIF AMBARY
KELAS : 1IB03
NPM : 13412608 

UNIVERSITAS GUNADARMA KALIMALANG KAMPUS J

TEKNIK ELEKTRO



DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan

Latar belakang
Tujuan
Sasaran

Bab II Pembahasan
Kebudayaan Candi Prambanan

Bab III Penutup
Kesimpulan
Rekomendasi


Kata Pengantar


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bekasi  24 Oktober 2012


ILHAM MUARIF AMBARY


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian, dengan berbagai kebudayaan itu pula Indonesia maempu dikenal masyarakat internasional. Dengan potensi budaya Indonesia diharapkan maempu melestarikan serta mengembangkan nilai – nilai luhur dan beragam sebagai modal ciri khas suatu bangsa. D. I Yogyakarta  setelah Jakarta memiliki unsur perkembangan seni dan budaya pada strata masyarakatnya, baik seni budaya lokal, lain maupun mancanegara. Dengan kapasitas D.I Yogyakarta yang merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta, D. I Yogyakarta memiliki potensi dalam bidang kesenian serta budaya, tidak hanya Candi Prambanan namun D. I Yogyakarta berbagai macam kebudayaan dan seni lainnya.
Masyarakat Yogyakarta sendiri sebenarnya sudah dapat memahami  serta menerima budaya yang masuk dari berbagai unsur kesenian serta budaya itu sendiri, semisal anak-anak muda D. I Yogyakarta sudah banyak membentuk suatu wadah apresiasi yang sesuai dengan idealisme mereka masing-masing seperti komunitas-komunitas ataupun forum seni serta sanggar seni. Dari perkembangan kota yang mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakatnya, potensi seniman muda lokal D. I Yogyakarta sendiri masih merasa kesulitan mengapresiasikan karya-karya mereka. Kota bekas kesultanan D. I Yogyakarta sebagai kurang memiliki sarana apresiasi kesenian semacam gedung pertunjukan ataupun galeri seni.



1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk melestarikan kebudayaan indonesia yang baru-baru ini kebudayaan bangsa kita banyak diklaim oleh negara lain. Sebagai contoh negara malaysia.



1.3 Sasaran

Pembuatan makalah ini diharapkan mampu memberikan pandangan kepada masyarakat indonesia tentang dampak yang timbul apabila kebudayaan kita diklaim oleh negara lain.




BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Candi Prambanan

http://www.slemankab.go.id/wp-content/uploads/prambanan1.jpg
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung.

Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti ‘terbit‘ atau ‘bersinar‘, biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

http://siwagrha.files.wordpress.com/2007/09/scan-56.jpg?w=555&h=426Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.


Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Melestarikan kebudayaan indonesia merupakan kegiatan yang harus ditingkatkan oleh kita  dan diajarkan kepada anak cucu kita nantinya. Ini dilakukan agar kita bisa lebih peduli lagi akan budaya kita dan agar negara lain tidak bisa mengklaim kebudayaan bangsa kita lagi.

3.2 Rekomendasi

Rekomendasi dalam mencari solusi permasalahan pengklaiman kebudayaan kita oleh negara lain yakni dengan tiga cara, yaitu :

1. Hargai Kebudayaan, bila ada seorang memainkan sebuah musik tradisi di dekat kita, apa yang kita lakukan? Bagaimana bila dia memainkan alat musik tradisi itu di tempat umum dan kita berada di situ? Mungkin si pemain musik itu menjadi bahan pembicaraan sekilas bagi kita dan teman-teman yang lain, sehingga menjadi bahan tertawaan. Alangkah baiknya jika kita lebih baik diam daripada mencemooh dan menertawakan orang yang sedang asik berkesenian tradisional. Contoh lagi tentang menhargai budaya kiat ialah bila disekitar kita telah mengadakan sebuah pertunjukan kesenian hendaknya kita melihat atau memperhatikan. Walapun kita tidak tau persis yang di pertunjukkkan minimal kita menghargai seniman yang telah mempertunjukkannya
2. Mencintai untuk menimbulkan rasa ingin tahu, bila orang lain mencuri kain di jemuran dari belakang rumah kita, sedangkan kita tidak pernah mengangkat kain dari jemuran itu selama satu minggu. Dan di waktu yang akan datang dia memakai kain tersebut dan kita mengatakan itu milik kita dan dia membantah, kita hanya bisa mencibir, memaki, dan menghujat. Dan itu bukan pekerjaan orang yang pintar. Tetapi bila di kain tersebut kita berikan tanda yang spesifik, dan kita mengenal betul bagaimana tandanya, si pencuri tersebut tidak akan bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, gunakan rasa ingin tahu anda untuk mengenal kebudayaan bangsa kita. Tetapi rasa ingin tau tidak akan ada kalau tidak ada rasa cinta.
3. tidak mudah terpengaruh oleh budaya lain, saat ini Negara mana pun sudah berkembang dan maju begitu juga dengan Negara kita. Dengan maju sebuah Negara masyarakat terkdang melupakan budaya yang mereka miliki terlebih Negara Indonesia. Dengan ada nya alat komunikasi atau media elektronik (tv,internet,dll) membuat Negara lain mempromosikan kebudaayaannya. Apalgi sekarang orang Indonesia lebih tertarik dengan kebudaanyan Negara lain dari pada budaya sendiri.


Copyright : 
1. Tempo.co
2. http://blogger-veryandriyanto.blogspot.com/2011/02/mempertahankan-kebudayaan-indonesia.html

Tidak ada komentar :

Posting Komentar